Patrick Owen dan Peggy Hartanto, dua desainer muda Indonesia yang memperoleh kesempatan untuk tampil di Melbourne Fashion Festival. |
Berita fashion terbaru dan sekaligus membanggakan adalah tentang Patrick Owen dan Peggy Hartanto, dua desainer muda berbakat asal Indonesia yang mendapat kesempatan dari Pemerintah Australia untuk berpartisipasi dalam salah satu pagelaran fesyen paling akbar di dunia, Melbourne Fashion Festival. Kesempatan tersebut juga menjadi peluang untuk masuk ke pasar fashion di benua kanguru ini.
Melalui Australia-Indonesia Centre (AIC), Pemerintah Australia memberikan penghargaan senilai 10.000 dolar (sekitar Rp 100 juta) kepada Patrick Owen. Desainer asal Riau ini antusias menerima penghargaan itu, karena ia tak sekadar menerima dana beasiswa dan tampil di salah satu pagelaran fesyen ternama, tapi yang lebih penting, ia mendapat kesempatan untuk lebih dikenal pasar Australia.
"Dengan uang itu, saya akan melakukan penetrasi ke pasar Australia dengan label 'Patrick Owen' sebagai brand lokal Indonesia," ujar Patrick kepada Nurina Savitri dari ABC International. "Saya sudah menyusun rencana bisnis saya selama 4 tahun, dan dengan kesempatan ini mudah-mudahan pasar Australia lebih mengenal desainer, budaya, seni serta tradisi Indonesia lewat brand saya," tambah pemuda berusia 25 tahun ini dengan bahasa Inggris yang fasih.
Menurut pria yang mengaku terjun ke dunia fesyen karena hobi ini, pasar Australia sangat dinamis terutama dengan Melbourne sebagai kota mode-nya. Patrick menilai, negeri kanguru ini memiliki industri fesyen terpenting se-Asia-Pasifik. Penghargaan yang diterima Patrick adalah representasi kolaborasi antara industri fesyen Australia dan Indonesia, untuk merayakan talenta desainer muda, inovasi, dan kreativitas mereka.
"Dana ini diberikan kepada Patrick karena ia memiliki rencana bisnis yang matang, dan karya-karyanya sendiri juga sangat mengesankan," ujar Paul Ramadge, Direktur AIC. Paul mengungkapkan, AIC memilih fesyen karena inilah salah satu cara untuk menyatukan masyarakat di kedua negara, serta memilki banyak potensi bagi hubungan Australia-Indonesia.
"Anak-anak muda Indonesia benar-benar memiliki hasrat untuk menjadi sukses di industri fesyen. Selain itu, industri fesyen Indonesia masuk ke pasar global dengan sangat cepat, desain-desainnya menakjubkan begitu pula para desainernya," jelas Paul Ramadge.
Selain Patrick, desainer asal Surabaya Peggy Hartanto, yang lulusan Raffles College of Design and Commerce di Australia turut menerima penghargaan dari AIC. Perempuan berusia 26 tahun ini memang tak mendapat dana beasiswa seperti Patrick, namun ia memiliki kesempatan pula untuk berpartisipasi dalam Melbourne Fashion Festival.
"Patrick dan Peggy akan terbang ke Melbourne bulan Desember untuk berkenalan dengan para pelaku di Melbourne Fashion Festival. Mereka akan kembali lagi bulan Maret 2015 di mana Peggy akan menyaksikan Patrick yang melakukan pagelaran busana di festival itu," tutur Paul.
Sebelum mendapat kesempatan emas ini, Patrick dan Peggy sudah malang melintang di panggung 'catwalk' Indonesia, termasuk Jakarta Fashion Week 2015 yang berlangsung pekan pertama November 2014. Ketua Melbourne Fashion Festival yang juga Ketua Aliansi Fesyen Global-Australia, Laura Anderson, mengatakan, pemberian penghargaan ini adalah bagian dari upaya pengembangan Aliansi Fesyen Australia-Indonesia.
"Tujuannya untuk mendukung bisnis fesyen di Indonesia. Selain dengan Indonesia kami juga punya aliansi serupa dengan China," katanya. "Karena dalam fesyen, anda tak bisa menyebut, ini adalah fesyen Indonesia, ini adalah fesyen Australia atau ini fesyen China, ini adalah soal memahami perbedaan dan dalam industri ini eksplorasi kreativitas lebih diutamakan," ungkap Laura.
Laura yang juga berprofesi sebagai pebisnis ini menerangkan, "Kami memberi peluang kepada dua desainer itu untuk berkembang. Melbourne Fashion Festival adalah pagelaran yang besar, salah satu yang terbesar di dunia. Banyak desainer dan pelaku fesyen terlibat di dalamnya."
Sementara itu, Svida Alisjahbana, salah seorang Deputi Pimpinan di AIC dan juga Ketua Umum Jakarta Fashion Week 2015, mengutarakan, program yang digawangi AIC ini bisa bersama-sama membawa industri kreatif Indonesia dan Australia ke kancah global. "Ketika masuk ke market, itu yang mahal adalah urusan PR. Satu koleksi itu jika tak ada gaungnya ya tak akan terdengar," ujar Svida tentang pentingnya publikasi bagi karya para desainer Indonesia yang ingin masuk pasar internasional. (Sumber : www.radioaustralia.net.au)
0 komentar:
Post a Comment